Cara Melakukan Uji Nonparametrik Dua Populasi Independen: Uji Fisher
Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang uji nonparametrik dua populasi independen, yaitu uji Fisher. Uji Fisher digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif antara dua sampel kecil independen dengan data nominal. Artikel ini akan membahas konsep dasar uji Fisher, metode perhitungan uji Fisher, dan contoh penerapan uji Fisher.
Outline Artikel
Konsep
Dasar Uji Fisher
Uji Fisher, juga dikenal sebagai uji exact Fisher atau uji
Fisher’s exact test, adalah sebuah metode statistik nonparametrik yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel kecil independen ketika
data yang dianalisis bersifat nominal atau kategori. Uji Fisher berguna apabila
ukuran sampel terlalu kecil (< 20) dan nilai ekspektasi dari data kurang
dari 5, sehingga uji chi-kuadrat tidak dapat digunakan.
Dalam uji Fisher, data yang dikumpulkan dikelompokkan ke
dalam tabel kontingensi 2x2, yang terdiri dari dua kelompok atau kategori dan
dua hasil atau respons. Kelompok diberi tanda + dan - untuk menunjukkan adanya
klasifikasi, seperti lulus-tidak lulus, gelap-terang, dan sebagainya. A, B, C,
dan D adalah data nominal yang berbentuk frekuensi, yang masing-masing mewakili
jumlah observasi dalam setiap kombinasi dari kedua kategori dan kedua hasil.
Pada dasarnya, uji Fisher adalah sebuah uji signifikasi
untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua sampel kecil
independen berdasarkan hasil atau respons yang diamati. Uji ini membandingkan
nilai probabilitas dari distribusi hipotesis nol, yang menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan antara dua sampel, dengan nilai probabilitas dari distribusi
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kedua
sampel.
Metode
Perhitungan Uji Fisher
Perhitungan uji Fisher didasarkan pada permutasi
kombinatorial dari nilai data di dalam tabel kontingensi. Rumus dasar uji
Fisher dinyatakan sebagai berikut:
P(A,B,C,D) = ((A+B)! (C+D)! (A+C)!
(B+D)!) / (N (A)! (B)! (C)! (D)!)
di mana:
·
P
adalah nilai probabilitas
·
a,
b, c, dan d masing-masing mewakili jumlah observasi dalam setiap kombinasi dari
kedua kategori dan kedua hasil
·
N
adalah jumlah total observasi dalam tabel kontingensi
Dalam perhitungan ini, nilai P dapat ditentukan dengan
menggunakan metode eksak atau dengan menggunakan perkiraan dari nilai
asimtotik. Metode eksak memberikan nilai probabilitas yang akurat, tetapi
memerlukan waktu dan sumber daya komputasi yang lebih besar. Sementara itu,
perkiraan dari nilai asimtotik dapat memberikan hasil yang cukup akurat dengan
waktu komputasi yang lebih cepat.
Contoh
Penerapan Uji Fisher
Contoh 1
Sebagai
contoh, Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis
kelamin dan kecenderungan suka makan camilan asin. Penelitian ini dilakukan
pada 10 orang responden yang terdiri dari 5 laki-laki dan 5 perempuan. Setiap
responden diminta untuk menjawab pertanyaan apakah mereka suka makan camilan
asin atau tidak. Hasilnya ditampilkan dalam tabel kontingensi 2x2 seperti
berikut:
Kelompok |
Suka |
Tidak suka |
Total |
laki-laki |
1 |
4 |
5 |
Perempuan |
4 |
1 |
5 |
Total |
5 |
5 |
10 |
Dalam
melakukan uji Fisher, hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin dan kecenderungan suka makan camilan asin, sementara
hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan antara keduanya.
Langkah
pertama dalam uji Fisher adalah menghitung nilai probabilitas P dengan
menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya:
P
(1,4,4,1) = ((1+4)! (4+1)! (1+4)! (4+1)! )/ 10! (1)! (4)! (4)! (1)!
Setelah
dihitung, didapatkan nilai P sebesar 0,034. Tingkat signifikansi alpha yang
telah ditentukan adalah 0,05.
Karena nilai
P lebih kecil dari alpha dan sampel yang digunakan <20, maka dapat digunakan
uji Fisher untuk menguji hipotesis tersebut.
Selanjutnya,
dapat dihitung nilai critical value dengan menggunakan tabel distribusi
Fisher-Snedecor. Dengan derajat kebebasan df = (baris - 1) x (kolom - 1), maka
df = (2-1) x (2-1) = 1. Dari tabel distribusi Fisher-Snedecor dengan df = 1 dan
alpha = 0,05, diperoleh nilai critical value sebesar 5,024.
Setelah itu,
dapat dihitung nilai uji (test statistic) dengan rumus:
UJI = (AD -
BC) / SQRT((A+B)(A+C)(B+D)(C+D))
Dalam contoh
ini, nilai uji yang diperoleh adalah -2,449.
Karena nilai
uji < -5,024 (nilai critical value), maka hipotesis nol ditolak dan
dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kecenderungan
suka makan camilan asin.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa uji Fisher dapat digunakan untuk menguji
perbedaan signifikan antara dua sampel kecil independen dengan data nominal,
terutama jika sampel terlalu kecil dan nilai ekspektasi di bawah 5. Namun,
sebelum melakukan uji Fisher, penting untuk memahami dan menerapkan metode ini
dengan benar dan tepat.
Contoh 2
Seorang guru ingin menguji apakah terdapat perbedaan
signifikan antara metode A dan metode B dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada ujian matematika. Ia mengambil 15 siswa secara acak dan secara random
mengalokasikan mereka ke dalam dua kelompok belajar: kelompok yang belajar
dengan metode A dan kelompok yang belajar dengan metode B. Setelah ujian, hasil
belajar siswa dikelompokkan menjadi lulus atau tidak lulus. Berikut ini adalah
tabel kontingensi 2x2 yang menunjukkan jumlah siswa yang lulus dan tidak lulus
pada setiap kelompok belajar:
Kelompok |
Lulus |
Tidak Lulus |
Total |
Metode
A |
8 |
2 |
10 |
Metode
B |
4 |
1 |
5 |
Total |
12 |
3 |
15 |
Dalam kasus ini, kita akan menggunakan Uji Fisher untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan antara kelompok belajar A dan B
dalam hal hasil belajar siswa.
Langkah pertama adalah menguji asumsi bahwa nilai ekspektasi
setiap sel dalam tabel kontingensi lebih besar dari 5. Untuk menghitung nilai
ekspektasi, kita menggunakan rumus:
E = (baris total x kolom total) / jumlah total
Sebagai contoh, untuk sel lulus pada kelompok belajar A,
nilai ekspektasi adalah:
E(lulus, A) = (10 x 12) / 15 = 8
Kita dapat menghitung nilai ekspektasi untuk sel lain pada
tabel kontingensi dengan cara yang sama. Setelah menghitung nilai ekspektasi,
kita membandingkannya dengan nilai observasi untuk memastikan bahwa nilai
ekspektasi lebih besar dari 5. Dalam kasus ini, semua nilai ekspektasi lebih
besar dari 5, sehingga asumsi terpenuhi.
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai uji Fisher.
Dalam hal ini, kita menggunakan rumus:
P = ((A+B)! (C+D)! (A+C)! (B+D)!) / (A! B! C! D! N!)
Di mana:
·
A
= jumlah siswa yang lulus di kelompok belajar A
·
B
= jumlah siswa yang tidak lulus di kelompok belajar A
·
C
= jumlah siswa yang lulus di kelompok belajar B
·
D
= jumlah siswa yang tidak lulus di kelompok belajar B
·
N
= jumlah total siswa
Mengganti nilai A, B, C, D, dan N dengan nilai observasi
pada tabel kontingensi, kita dapat menghitung nilai uji Fisher:
P = ((8+4)! (2+1)! (8+2)! (4+1)!) / (8! 2! 4! 1! 15!) P =
0.074
Dalam kasus ini, nilai p yang dihasilkan lebih besar dari
tingkat signifikansi yang ditetapkan, misalnya α
= 0,05. Oleh karena itu, kita gagal menolak hipotesis nol dan menyimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara metode A dan metode B dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada ujian matematika
Kesimpulan
Uji Fisher adalah metode nonparametrik yang dapat digunakan
untuk menguji perbedaan signifikan antara dua sampel kecil independen dengan
data nominal. Metode ini lebih cocok digunakan jika sampel terlalu kecil
(kurang dari 20) dan nilai ekspektasi di bawah 5, di mana uji chi-kuadrat
dengan faktor koreksi tidak dapat digunakan.
Dalam uji Fisher, data dikelompokkan dalam tabel kontingensi
2x2, di mana nilai + dan - hanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam data,
seperti lulus-tidak lulus atau gelap-terang. Selanjutnya, rumus yang digunakan
dalam uji Fisher adalah
P (A,B,C,D) = ((a+b)! (c+d)! (a+c)! (b+d)! )/ N (A)! (B)!
(C)! (D)!,
di mana a, b, c, dan d adalah frekuensi masing-masing
kelompok dalam tabel kontingensi, dan N adalah jumlah total sampel.
Dalam melakukan uji Fisher, pertama-tama harus
diformulasikan hipotesis nol dan alternatif. Selanjutnya, dihitung nilai
probabilitas P dari tabel kontingensi sesuai dengan rumus di atas. Nilai
probabilitas P ini kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi alpha yang
telah ditentukan. Jika P kurang dari alpha, maka hipotesis nol ditolak dan
dinyatakan terdapat perbedaan signifikan antara kedua sampel.
Dalam artikel ini telah dijelaskan konsep dasar dan metode perhitungan uji Fisher serta contoh penerapannya. Uji Fisher dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti kedokteran, psikologi, dan ilmu sosial. Oleh karena itu, penting bagi peneliti atau praktisi di bidang tersebut untuk memahami dan mampu menerapkan uji Fisher dengan benar dan tepat.
Posting Komentar untuk "Cara Melakukan Uji Nonparametrik Dua Populasi Independen: Uji Fisher"