Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdifernsiasi pada Pendidikan Abad 21
Outline Artikel
- Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdifernsiasi pada Pendidikan Abad 21
- Daftar Pustaka
Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdifernsiasi pada Pendidikan Abad 21
Penulis: Adek Tiwi Wucika Bemi
Editor: Iman Jihad
Fadillah
Pada masa sekarang yang dipenuh dengan banyak perubahan ini, pendidikan menghadapi tuntutan yang semakin kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya (Familia dkk, 2024). Setiap peserta didik hadir di kelas dengan latar belakang, minat, dan kemampuan yang unik, dan pembelajaran berdiferensiasi hadir sebagai pendekatan yang diharapkan bisa menjawab tantangan ini. Pendekatan ini tidak lagi terpaku pada metode pengajaran yang sama untuk seluruh peserta didik, tetapi menyesuaikan materi, cara belajar, dan hasil belajar sesuai kebutuhan individu peserta didik (Sutrisno dkk, 2023). Meski terdengar ideal, penerapan pembelajaran berdiferensiasi di lapangan masih penuh tantangan (Komara dkk, 2023). Masalah seperti kurangnya waktu, sumber daya, dan beban administratif kerap menjadi hambatan bagi pendidik untuk benar-benar mengimplementasikan pendekatan ini dengan optimal (Babullah dkk, 2024; Manzis, 2024). Perlunya untuk membahas lebih dalam mengenai tantangan-tantangan yang muncul dan bagaimana mencari solusi agar pembelajaran berdiferensiasi bisa benar-benar terwujud di kelas-kelas masa kini.
Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya soal membagi peserta didik dalam kelompok sesuai kemampuan, tapi juga soal memahami dan merespons kebutuhan unik setiap individu. Menurut Tomlinson, seorang ahli di bidang ini, pembelajaran berdiferensiasi melibatkan penyesuaian dalam empat aspek: konten (apa yang dipelajari peserta didik), proses (cara mereka belajar), dan produk (cara mereka menunjukkan pemahaman), lingkungan (Wahyuningsari dkk, 2022; Azmy dkk, 2023). Misalnya, dalam diferensiasi konten, pendidik bisa memberikan materi yang sama tapi dengan tingkat kesulitan yang berbeda sesuai kemampuan peserta didik (Puspitasari dkk, 2020; Purnawanto, 2023). Pada diferensiasi proses, pendidik bisa menyediakan cara belajar yang beragam, seperti melalui diskusi kelompok atau pembelajaran mandiri (Jayanti, 2022). Sementara dalam diferensiasi produk, peserta didik diberikan pilihan untuk menunjukkan pemahaman mereka melalui proyek, esai, atau presentasi. Dengan pendekatan ini, setiap peserta didik diberi kesempatan untuk berkembang dengan cara yang sesuai dengan peserta didik (Pratiwi dkk, 2024; Azzahra dkk, 2024).
Banyak pendidik yang belum benar-benar paham atau terlatih dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Karena pendekatan ini membutuhkan keterampilan tambahan, mulai dari merancang materi yang berbeda hingga memahami kebutuhan individu peserta didik, pendidik sering kali merasa kewalahan. Menyusun pembelajaran yang sesuai dengan beragam kebutuhan dalam satu kelas tentu bukan hal yang mudah (Hamdayama, 2022). Tanpa pelatihan yang memadai, pendidik kerap merasa ragu atau bahkan bingung bagaimana memulai atau menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan efektif. Pendidik dihadapkan pada banyak tugas administrasi, seperti menyusun laporan, menghadiri rapat, dan memenuhi berbagai kebutuhan sekolah lainnya. Hal ini sering mengurangi waktu mereka untuk merencanakan pembelajaran berdiferensiasi. Apalagi, menyiapkan materi yang beragam bagi setiap peserta didik memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dengan jadwal yang padat, pendidik sering kali harus memilih antara memenuhi tuntutan administrasi atau merancang pembelajaran yang bervariasi.
Di beberapa sekolah, rasio peserta didik dan pendidik sangat tinggi, yang berarti seorang pendidik harus menangani banyak peserta didik dalam satu kelas. Dalam situasi ini, mengakomodasi kebutuhan belajar tiap peserta didik menjadi sangat sulit. Pendidik tentu tidak bisa selalu memantau kemajuan individu peserta didik dengan optimal. Akibatnya, pembelajaran berdiferensiasi yang seharusnya menyesuaikan diri dengan kebutuhan individu malah menjadi lebih sulit diterapkan (Amalia, 2023). Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil atau yang memiliki keterbatasan anggaran, masih kurang memiliki fasilitas yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Teknologi yang bisa sangat membantu, seperti komputer dan internet, tidak selalu tersedia. Padahal, teknologi ini bisa sangat bermanfaat untuk menyediakan materi dan alat belajar yang beragam, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai kebutuhan peserta didik.
Kurikulum yang kaku sering menjadi hambatan. Standar kurikulum yang baku membuat pendidik sulit menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik yang beragam. Selain itu, sistem penilaian yang seragam tidak selalu mampu mengukur perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuannya. Pendidik sering kali merasa terbatas dalam memberikan tugas atau proyek yang lebih kreatif, karena harus tetap mengikuti standar penilaian yang sudah ditentukan. Agar dapat mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, pendidik perlu mendapatkan pelatihan yang relevan dan berkesinambungan. Pelatihan semacam ini bisa membantu pendidik memahami berbagai teknik pembelajaran berdiferensiasi, seperti cara menyusun materi yang variatif dan cara membagi perhatian kepada seluruh peserta didik. Di era digital ini, pelatihan juga bisa dilakukan secara online, sehingga tidak terhalang oleh waktu atau tempat.
Teknologi dapat menjadi solusi yang efektif dalam mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Platform pembelajaran online, misalnya, dapat mempermudah pendidik dalam menyediakan materi belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Aplikasi pembelajaran atau platform e-learning memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai kecepatan masing-masing, bahkan bisa menyediakan materi tambahan bagi yang membutuhkan. Pendidik dapat membuat jadwal yang lebih efektif dengan memanfaatkan metode seperti "flipped classroom". Dalam metode ini, peserta didik belajar materi dasar di rumah melalui video atau bacaan, sehingga saat di kelas mereka dapat langsung berdiskusi dan mendalami materi tersebut. Dengan begitu, waktu di kelas bisa dimanfaatkan untuk memberikan bantuan lebih kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan langsung.
Jika memungkinkan, sekolah atau pemerintah dapat mempertimbangkan pengurangan rasio peserta didik-pendidik di kelas. Alternatifnya, sekolah bisa menyediakan asisten pendidik, terutama untuk kelas-kelas besar. Dengan demikian, pendidik dapat lebih mudah memberikan perhatian pada setiap peserta didik dan memenuhi kebutuhan mereka secara lebih personal. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dengan efektif, perlu adanya fleksibilitas dalam kurikulum (Rosa dkk, 2024). Standar penilaian berbasis kompetensi, misalnya, memungkinkan peserta didik menunjukkan pemahaman mereka dengan berbagai cara, tidak hanya melalui ujian tertulis. Penilaian berbasis proyek juga bisa menjadi alternatif yang lebih inklusif, memungkinkan peserta didik untuk mengaplikasikan apa yang mereka pelajari sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik. Mendukung pembelajaran berdiferensiasi tidak bisa hanya dilakukan di sekolah. Orang tua juga perlu dilibatkan agar bisa memberi dukungan di rumah. Selain itu, kerjasama dengan komunitas dan organisasi yang peduli pada pendidikan dapat membantu menyediakan fasilitas dan sumber daya tambahan yang mungkin dibutuhkan peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang menjawab kebutuhan pendidikan di abad 21 dengan cara yang lebih inklusif dan adaptif terhadap keragaman peserta didik (Wulandari, 2022). Namun, penerapan pendekatan ini tidak selalu mudah. Banyak pendidik yang masih menghadapi kendala seperti waktu, sumber daya, dan standar kurikulum yang kaku. Meski demikian, ada banyak solusi yang dapat diterapkan untuk membantu mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Melalui pelatihan yang tepat, pemanfaatan teknologi, serta dukungan dari berbagai pihak seperti orang tua dan komunitas, pembelajaran berdiferensiasi dapat benar-benar diterapkan di kelas-kelas masa kini. Harapannya, pendekatan ini tidak hanya menjadi sekadar konsep, tetapi benar-benar menjadi langkah nyata untuk memberikan pendidikan yang lebih adil, di mana setiap peserta didik bisa belajar sesuai potensinya, tanpa terkendala oleh perbedaan individu yang peserta didik miliki.
Daftar Pustaka
Amalia, A.
L. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Program Sekolah Penggerak
Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar (Doctoral
dissertation, Universitas Jambi).
Azzahra,
L., & Darmiyanti, A. (2024). Peran Psikologi Pendidikan dalam Proses
Pembelajaran di Kelas untuk Peserta Didik yang Beragam. Jurnal
Psikologi, 1(4), 23-23.
Babullah,
R., Istikhori, I., Neneng, N., Natadireja, U., & Nurafifah, S. (2024).
Urgensi Kepemimpinan Yang Unggul Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Aksi
Nyata: Jurnal Pengabdian Sosial Dan Kemanusiaan, 1(3), 60-78.
Familia, N.
P. E., & Sudirman, I. N. (2024). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM
PENGAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR. Jurnal
Inovasi Pendidikan, 7(6).
Hamdayama,
J. (2022). Metodologi pengajaran. Bumi Aksara.
Jayanti, M.
I., Umar, U., Nurdiniawati, N., & Amar, K. (2022). Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Perspektif Richard I. Arends Dan Kilcher: Konsep,
Strategi, Dan Optimalisasi Potensi Belajar Siswa. eL-Muhbib jurnal
pemikiran dan penelitian pendidikan dasar, 6(2), 91-108.
Komara, E.,
Stefanie, S., Irnawati, R., & Agustini, T. (2023). Peran Psikologi
Pendidikan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal
Abdimas Bina Bangsa, 4(2), 1686-1698.
Manzis, I.
(2024). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Pemanfaatan
Platform Merdeka Mengajar di Sekolah Dasar (Doctoral dissertation,
Universitas Jambi).
Pratiwi, B.
A., Sumiyadi, S., & Nugroho, R. A. (2024). Pembelajaran diferensiasi
berbasis proyek untuk pengembangan keterampilan menulis cerita pendek di
SMP. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 10(3),
2998-3009.
Purnawanto,
A. T. (2023). Pembelajaran berdiferensiasi. Jurnal Pedagogy, 16(1),
34-54.
Puspitasari,
V., & Walujo, D. A. (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan
Model Diferensiasi Menggunakan Book Creator Untuk Pembelajaran Bipa Di Kelas
Yang Memiliki Kemampuan Beragam. Jurnal Education and development, 8(4),
310-310.
Rosa, E.,
Destian, R., Agustian, A., & Wahyudin, W. (2024). Inovasi Model dan
Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Inovasi Model dan
Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. Journal of
Education Research, 5(3), 2608-2617.
Sutrisno,
H., & Subandijah, S. (2023, July). 283. Penerapan Pembelajaran
Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMK. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru (Vol.
1, No. 1, pp. 2517-2527).
Wahyuningsari,
D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. P. (2022).
Pembelajaran berdiferensiasi dalam rangka mewujudkan merdeka belajar. Jurnal
jendela pendidikan, 2(04), 529-535.
Wulandari, A. S. (2022). Literature Review: Pendekatan Berdiferensiasi Solusi Pembelajaran dalam Keberagaman. Jurnal Pendidikan MIPA, 12(3), 682-689.
Posting Komentar untuk "Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdifernsiasi pada Pendidikan Abad 21"